Sabtu, 01 Oktober 2016

FITRAH SEKSUALITAS


Maaf, bukannya menggurui. Namun ini perlu disimak dalam mendidik anak :

Masih terngiang-ngiang kata bapak baik hati yang mengantar kami ke stasiun tawang tempo hari...

"Mumpung anak masih kecil, jangan sampai salah seperti saya ya. Anak pertama usia 22 tahun hafal 18 juz. Anak kedua dan ketiga semua hafidz dan hafidzah.
Tuntas 30 juz.

Tapi ...
saya sedih karena untuk sholat saja mereka masih diingatkan dan disuruh. Saya menangis saat saya baru sadar bahwa ada yang terlewat kala itu.

Fitrah keimanan (dibahas saat workshop) yang harusnya ditanam di 7 tahun pertama hidupnya ternyata lupa saya kawal lebih ketat dan belum tuntas. Dan sekarang kami harus "restart" dari awal untuk mengulang proses yang terlewat".

Hmm,,,Jazakumullah khairan katsiran nasehat berharganya pak,,,

Satu hal lagi yang saya dapat saat mengikuti workshop home education based fitrah and tallent di semarang beberapa waktu lalu bersama ust harry.

Didiklah anak sesuai fitrah.
Fitrah apa? Ada beberapa fitrah.
Diantaranya fitrah iman, fitrah belajar, fitrah bakat dan fitrah seksualitas.

Fitrah seksualitas?
Wow, , , gimana itu?

Mendidik anak sesuai fitrah seksualitas artinya mengenalkan anak bagaimana bersikap, berpikir, dan merasa seperti gendernya.
Jika ia anak perempuan, maka kita bangkitkan fitrah seksulitasnya sebagai perempuan.
Jika ia laki-laki, maka kita bangunkan fitrah seksualitasnya sebagai laki-laki.

Pertanyaan berikutnya yang muncul, bagaimana teknis membangkitkan fitrah seksualitas ini ?
Ada beberapa tahap yang perlu kita kawal di tiap fasenya.

Usia 0 - 2 tahun
Pada usia ini anak harus dekat dengan bundanya.
Pendidikan tauhid pertama adalah menyusui anak sampai 2 tahun.
Menyusui, bukan memberi asi. Langsung disusui tanpa pumping dan tanpa disambi pegang hp.

Usia 3 - 6 tahun
Pada usia ini anak harus dekat dengan kedua orang tuanya.
Dekat dengan bundanya, juga dekat dengan ayahnya. Perbanyak aktivitas bersama.

Usia 7 - 10 tahun
Pada usia ini dekatkan anak sesuai gendernya.
Jika anak laki-laki, maka dekatkan dengan ayahnya.
Ajak anak beraktifitas yang menonjolkan sisi ke-maskulinannya. Nyuci motor, akrab dengan alat-alat pertukangan, dsb.
Jika anak perempuan, maka dekatkan dengan bundanya.
Libatkan anak dalam aktifitas yg menonjolkan ke-feminin-annya. Stop katering dan banyak utak atik di dapur bersama anak, melibatkan saat bersih-bersih rumah, menjahit dsb.

Usia 11 - 14 tahun
Usia ini sudah masuk tahap pre aqil baligh akhir dan pada usia ini mulailah switch/menukar kedekatan.
Lintas gender.
Jika anak laki-laki, maka dekatkan pada bundanya.
Jika anak perempuan, maka dekatkan pada ayahnya.
Ada sebuah riset yang menunjukkan jika seorang anak perempuan tidak dekat dengan ayahnya pada fase ini maka data menunjukkan anak tersebut 6x lebih rentan akan ditiduri oleh laki-laki lain.

Di sebuah artikel parenting dulu, saya juga menemukan hal senada.

Jika tidak dekat dengan ayahnya, maka anak perempuan akan mudah terpikat dengan laki-laki yang menawarkan perhatian dan cinta meski hanya untuk kepuasan dan mengambil keuntungan semata.

Logis juga sih.
Saat ada laki-laki yang memuji kecantikannya, mungkin anak anda gak gampang silau karena ada ayahnya yang lebih sering memujinya.
Kalau ada laki-laki yang memberikan hadiah, anak anda tak akan gampang klepek-klepek karena ada ayahnya yang lebih dulu mencurahkan perhatian dan memberi hadiah.

Pada fase ini jika anak perempuan harus dekat dengan ayahnya, maka sebaliknya, anak laki-laki harus dekat dengan bundanya.

Efek yang sangat mungkin muncul jika tahap ini terlewat, maka anak laki-laki punya potensi lebih besar untuk jadi suami yang kasar, playboy, dan tidak memahami perempuan.

Ada yang tanya, lho kalau orang tuanya bercerai atau LDR bagaimana?
Hadirkan sosok lain sesuai gender yang dibutuhkan.
Misal saat ia tak punya ayah, maka cari laki-laki lain yang bisa menjadi sosok ayah pengganti. Bisa kakek, atau paman.

Sama dengan Rasulullah.
Meskipun tak punya ayah dan ibu, tapi Rasulullah tak pernah kehilangan sosok ayah dan ibu. Ada kakek dan pamannya. Ada nenek, bibi dan ibu susunya.

Fase berikutnya setelah 14 tahun bagaimana?
Sudah tuntas. Karena jumhur ulama sepakat usia 15 tahun adalah usia aqil baligh.

Artinya anak kita sudah "bukan" anak kita lagi.
Ia telah menjelma menjadi orang lain yang sepadan dengan kita. Maka fokus dan bersabarlah mendampingi anak-anak, karna kita hanya punya waktu 14 tahun saja. Saling mengingatkan, saling menguatkan, saling mendoakan ya teman-teman.
Moga Allah mampukan dan bisa mempertanggung jawabkan amanah ini kelak di hari penghitungan..

Selamat berkumpul dan merajut cinta bersama keluarga. Apapun keadaannya, jangan lupa bersyukur dan bahagia ya..



0 komentar:

Posting Komentar