Pahlawan Revolusi merupakan gelar yang diberikan kepada 10 perwira militer yang gugur pada peristiwa G30S/PKI. Peristiwa tersebut tepatnya terjadi pada tanggal 30 September 1965 di Jakarta dan Yogyakarta.
Setelah diculik dan dibantai secara keji, kesepuluh mayat perwira TNI tersebut dibuang di sumur Lubang Buaya. Tepat di atas tempat pembantaian bersejarah tersebut dibangunlah sebuah monumen bersejarah. Monumen itu dinamakan Monumen Pahlawan Revolusi / Monumen Lubang Buaya. Monumen tersebut adalah simbol penghargaan terhadap jasa kesepuluh pahlawan revolusi.
Selanjutnya pada tahun 2009, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 sebagai bentuk penghargaan terhadap 10 perwira TNI tersebut. Dalam UU tersebut dinyatakan bahwa penganugerahan Pahlawan Revolusi tersebut juga diakui sebagai Pahlawan Nasional.
Maka sebagai generasi penerus kita wajib menghargai dan mengenang jasa para pahlawan revolusi tersebut. Caranya dengan mempelajari sejarah bangsa melalui profil 10 Pahlawan Revolusi tersebut. Lalu siapakah sebenarnya mereka? Berikut adalah ulasan singkat tentang profil kesepuluh pahlawan revolusi Indonesia.
DAFTAR 10 PAHLAWAN REVOLUSI YANG GUGUR PADA PERISTIWA G30S PKI
(1) Jenderal Ahmad Yani. (2) Letnan Jenderal Suprapto. (3) Letnan Jenderal Haryono. (4) Letnan Jenderal Siswondo Parman. (5) Mayor Jenderal D.I. Pandjaitan. (6) Mayor Jenderal Sutoyo Siswomiharjo. (7) Kapten Pierre Tendean. (8) AIP Karel Satsuit Tubun. (9) Brigadir Jenderal Katamso Darmokusumo. (10) Kolonel Sugiono.
1. LETNAN KOLONEL AHMAD YANI
Letnan Kolonel A. Yani adalah salah satu perwira TNI berpangkat Komandan Jenderal TNI AD yang gugur pada peristiwa G30S/PKI di usia 43 tahun. Mayatnya ditemukan di dasar sumur Lubang Buaya pada tanggal 1 Oktober 1965.
BIOGRAFI SINGKAT LETKOL AHMAD YANI
- Ahmad Yani lahir pada tanggal 19 Juni 1922 di Jenar, Purworejo, Jawa Tengah.
- Beliau lahir di keluarga Wongsorejo, dimana orangtuanya bekerja sebagai buruh pabrik gula Belanda.
- Tahun 1927 ayahnya ditugaskan untuk bekerja di General Belanda di Batavia. Saat itu Ahmad Yani juga ikut indah di Batavia dan bersekolah tingkat menengah dan atas di sana.
KARIR MILITER LETKOL AHMAD YANI
- Pada tahun 1940 beliau keluar dari sekolah untuk ikut wajib militer. Beliau belajar topografi militer di Malang, Jawa Timur
- Tidak lama setelah itu Jepang datang pada tahun 1942, terpaksa setahun kemudian beliau pindah bersama keluarganya ke Jawa Tengah.
- Di Magelang A. Yani bergabung dengan PETA (Pembela Tanah Air) dan menjalani pelatihan militer lanjut.
- Setelah itu Ahmad Yani meminta latihan khusus sebagai pemimpin peleton PETA di Bogor, Jawa Barat.
- Selepas pelatihan pemimpin peleton, beliau kembali ke Magelang untuk menjadi instruktur militer PETA.
- Selanjutnya setelah Proklamasi Kemerdekaan, A. Yani bergabung menjadi Tentara Republik Indonesia untuk berjuang melawan Belanda. Saat itu beliau ditugaskan sebagai Komandan batalion perlawanan Inggris di Magelang dan berakhir pada kemenangan Indonesia.
2. LETNAN JENDERAL SUPRAPTO
Letjen Suprapto juga termasuk salah satu korban kebiadaban PKI. Saat itu beliau menduduki jabatan sebagai TNI berpangkat Letnan Jenderal. Beliau meninggal di usia 45 tahun dan mayatnya juga ditemukan di dasar sumur Lubang Buaya 1 Oktober 1965.
BIOGRAFI SINGKAT LETJEN SUPRAPTO
- Letjen Suprapto lahir pada tanggal 20 Juni 1920 di Purwokerto, Jawa Tengah.
- Beliau merupakan perwira yang bisa dibilang nyaris seangkatan dengan Jenderal Besar Soedirman. Perbedaan usia Letjen Suprapto hanya 4 tahun lebih muda.
- Hampir sebagian besar pendidikannya dihabisakan di bangku sekolah sampai jenjang tinggi di Yogyakarta sampai 1941.
KARIR MILITER LETJEN SUPRAPTO
- Bersamaan dengan pecahnya perang dunia dua, beliau lantas masuk pendidikan militer di Koninklijke Militaire Akademie, Bandung, Jawa Barat
- Saat Jepang menjajah, beliau dipenjara. Namun Letjen Surapto berhasil kabur dari penjara.
- Letjen Suprapto berperan besar dalam perjuangan melawan penjajah di Jawa Tengah. Dibawah pimpinan langsung Jenderal Besar Soedirman, batalionnya berhasil memenangkan pertempuran melawan Inggris.
- Setelah masa kedaulatan Suprapto bergabung menjadi anggota TKR (Tentara Keamanan Rakyat) sebagai Kepala Staf Tentara dan Teritorial (T&T) IV/ Diponegoro di Semarang..
- Tak lama berselang beliau ditarik ke Jakarta menjadi Staf Angkatan Darat, kemudian ke Kementerian Pertahanan.
- Beliau juga membantu dalam upaya perlawanan terhadap pemberontakan PRRI/Permesta. Setelah bisa diatasi lalu Letjen Suprapto diangkat menjadi Deputi Kepala Staf Angkatan Darat wilayah Sumatera.
3. LETNAN JENDERAL HARYONO
Letnan Jenderal Haryono merupakan jenderal bintang tiga yang ikut menjadi korban dalam peristiwa berdarah tersebut. Beliau meninggal di usia 41 tahun dengan pangkat terakhir sebagai Letnan Jenderal. Jenasahnya diketemukan pada tanggal dan tempat yang sama dengan Pahlawan Revolusi lainnya.
BIOGRAFI SINGKAT LETJEN HARYONO
- Letjen Haryono lahir pada tanggal 20 Januari 1924 di Surabaya, Jawa Timur.
- Beliau pernah mengenyam pendidikan ELS (sekolah dasar), HSB (sekolah menengah) dan Ika Dai Gakko (sekolah kedokteran) namun tidak tamat.
- Setelah kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia diproklamirkan, beliau hijrah ke Jakarta dan ikut sekolah militer Tentara Keamanan Rakyat.
KARIR MILITER LETJEN HARYONO
- Setelah masuk TKR beliau diberikan jabatan awal sebagai Mayor. Dalam rentang tahun 1945-1950 beliau sering dipindahtugaskan dan ikut dalam beberapa peristiwa penting.
- Pada awalnya beliau di tempatkan di Kantor Penghubung, kemudian Sekretaris Delegasi RI dalam perundingan dengan Inggris dan Belanda.
- Letjen Haryono juga pernah diutus sebagai Sekretaris Dewan Pertahanan Negara dan pernah juga sebagai Wakil Tetap di Kementerian Pertahanan Urusan Gencatan Senjata.
- Setelah masa kedaulatan Suprapto bergabung menjadi anggota TKR (Tentara Keamanan Rakyat) sebagai Kepala Staf Tentara dan Teritorial (T&T) IV/ Diponegoro di Semarang.
- Beliau juga sempat menjadi Sekretaris Delegasi Militer Indonesia untuk Konferensi Meja Bundar (KMB).
4. LETNAN JENDERAL SISWONDO PARMAN
Letnan Jenderal S. Parman adalah seorang letnan jenderal TNI yang dianggap berbahaya bagi PKI. Sehingga bersama 9 perwira lainnya, beliau diculik dan dibunuh pada 30 September 1956. Saat itu beliau wafat di usia 47 tahun.
BIOGRAFI SINGKAT LETJEN S. PARMAN
- Letjen S. Parman lahir pada tanggal 4 Agustus 1918 di Wonosobo, Jawa Tengah.
- Beliau pada mulanya adalah siswa sekolah kedokteran di jaman penjajahan. Namun harus berhenti sebelum tamat ketika Jepang menyerang di tahun 1940.
- Pada saat itu beliau memutuskan untuk bergabung dengan Polisi Militer Kampeitai Jepang. Di organisasi itu, S. Parman ditugaskan sebagai intelejen dan penerjemah.
KARIR MILITER LETJEN S. PARMAN
- Selepas masa pendudukan Jepang berakhir, beliau melanjutkan karir kemiliterannya dengan bergabung dengan TKR.
- Pada tahun 1945 S. Parman diangkat sebagai Kepala Staf Polisi Militer Yogyakarta.
- Bahkan lebih jauh lagi, Letjen S. Parman diangkat menjadi Keala Staf Gubernur Militer di Jabodetabek selama empat tahun.
- Tidak lama berselang beliau diangkat menjadi Mayor. Lalu setelah itu di promosikan menjadi Komandan Polisi Militer, anggota tinggi di Polisi Militer Nasional HQ, juga sering dikirim pelatihan militer ke luar negeri (london dan Amerika).
- Puncaknya adalah diangkatnya S. Parman menjadi intelijen untuk Kepala Staf Angakatan Darat Ahmad Yani pada tanggal 28 Juni 1951.
5. MAYOR JENDERAL D.I. PANDJAITAN
Mayor Jenderal D.I. Pandjaitan memiliki nama panjang Mayor Jenderal Donald Isaac Panjaitan. Beliau wafat di tangan PKI pada usia yang relatif muda, yakni 41 tahun.
BIOGRAFI SINGKAT MAYOR JENDERAL D.I. PANDJAITAN
- Mayor Jenderal D.I. Pandjaitan lahir pada tanggal 19 Juni 1925 di Baligae, Sumatera Utara.
- Beliau termasuk orang yang kenyang menikmati bangku sekolah. Tercatat beliau tamatan sekolah dasar, sekolah menengah dan sekolah tinggi.
- Selepas tamat sekolah tinggi beliau masuk di Gyugun bentukan Jepang. Setelah selesai pendidikan, D.I. Panjaitan ditugaskan di wilayah Pekanbaru, Riau
KARIR MILITER MAYOR JENDERAL D.I. PANJAITAN
- Panjaitan muda melanjutkan karir kemiliterannya dengan bergabung bersama TKR. Disana beliau ditugaskan sebagai komandan batalion sekaligus Komandan Pendidikan Divisi IX/Banteng, Bukittinggi.
- Tidak lama berselang, Panjaitan diangkat sebagai Kepala Staf Umum IV (Supplay) Komandemen Tentara Sumatera.
- Beliau juga diangkat menjadi Pimpinan Perbekalan Perjuangan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) saat masa Agresi Militer Belanda II.
- Jabatan terakhir yang diembannya adalah Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad).
6. MAYOR JENDERAL SUTOYO SISWOMIHARJO
Mayor Jenderal Sutoyo Siswomiharjo wafat saat peristiwa G30S/PKI saat menginjak usia 43 tahun. Jenasahnya dikebumikan di Taman Makan Pahlawan Kalibata, Jakarta tepat setelah diketemukan 1 Oktober 1965 di Sumur maut Lubang Buaya.
BIOGRAFI SINGKAT MAYOR SUTOYO SISWOMIHARJO
- Mayor Jenderal Sutoyo Siswomiharjo lahir tanggal 22 Agustus 1922 di Kebumen, Jawa Tengah.
- Beliau mengenyam pendidikan sekolah dasar, sekolah menengah dan sekolah tinggi sebelum masa pendudukan Jepang. Setelah itu beliau belajar tentang penyelenggaraan pemerintahan di Jakarta.
- Mayjen Sutoyo Siswomiharjo juga pernah menjadi pegawai pemerintah di Purworejo, namun tidak lama berselang beliau mengundurkan diri.
KARIR MILITER MAYOR JENDERAL SUTOYO SISWOMIHARJO
- Sutoyo Siswomiharjo masuk dalam organisasi militer TKR pada tahun 1945. Setahun berselang beliau dipercaya sebagai ajudan Kolonel Gatot Soebroto sebagai Komandan Polisi Militer.
- Pada tahun 1954 Sutoyo Siswomiharjo diangkat sebagai Kepala Staf di Markas Besar Polisi Militer. Dua tahun kemudian diangkat menjadi Asisten Atase Militer di kedutaan besar Indonesia di London.
- 1959-1961 Karir beliau menanjak. Mulai dari Inspektur Kehakiman Angkatan Darat menjadi Inspektur Kehakiman/Jaksa Militer Utama
7. KAPTEN PIERRE TENDEAN
Kapten Pierre Tendean yang memiliki nama panjang Kapten Pierre Andreas Tendean salah satu korban yang G30S/PKI yang tergolong masih muda. Saat itu beliau baru mengijak usia 26 tahun dan sedang dalam tahapan militer jenjang bawah.
BIOGRAFI SINGKAT KAPTEN PIERRE ANDREAS TENDEAN
- Kapten Pierre Andreas Tendean lahir tanggal 21 Februari 1939 di Batavia, Hindia Belanda.
- Pendidikan sekolah dasar, sekolah menengah dan sekolah tinggi ditempuhnya di Semarang, tempat ayahnya bertugas sebagai dokter.
- Kapten Pierre Andreas Tendean mengenal dunia militer saat masuk di Akademi Teknik Angkatan Darat (ATEKAD) Bandung tahun 1958. Meski orangtuanya meyuruhnya menjadi dokter atau insinyur, tekadnya yang bulat membawanya masuk ke dunia militer secara penuh.
KARIR MILITER KAPTEN PIERRE ANDREAS TENDEAN
- Kapten Pierre Andreas Tendean tamat akademi militer tahun 1962 sebagai Letnan Dua dan ditugaskan menjadi Komandan Pleton Batalyon Zeni Tempur 2 Kodam II/Bukit Barisan, Medan.
- Setahun berselang beliau masuk DIPIAD (Dinas Pusat Intelijen Angkatan Darat) dan ditugaskan sebagai intelijen di Malaysia saat konfrontasi Indonesia-Malaysia memanas.
- Tanggal 15 April 1965 beliau diangkat menjadi Letnan Satu yang ditugaskan menjadi ajudan Jenderal A.H. Nasution.
8. AIP KAREL SATSUIT TUBUN
AIP Karel Satsuit Tubun menjadi korban keganasan G30SPKI di usia 36 tahun. Saat itu beliau menjabat sebagai ajudan dari Menteri Pendidikan Tinggi dan Ilmu pengetahuan Johanes Leimena.
BIOGRAFI SINGKAT AIP KAREL SATSUIT TUBUN
- AIP Karel Satsuit Tubun lahir tanggal 14 Oktober 1928 di Tual, Maluku Tenggara.
- Setelah tamat pendidikan sekolah dasar, sekolah menengah dan sekolah tinggi, beliau bergabung menjadi anggota POLRI.
- Setelah tamat pendidikan, beliau ditugaskan di Brimob Ambon sebagai Agen Polisi Kelas Satu.
KARIR MILITER AIP KAREL SATSUIT TUBUN
- AIP Karel Satsuit Tubun pernah ditugaskan pada operasi pembebasan Irian Barat setelah Trikora dikumandangkan Presiden Soekarno..
- Belau juga sempat ditugaskan menjadi pengawal keamanan yang menjaga Wakil Perdana Menteri J. Leimena.
- Pangkat terakhir yang pernah beliau rasakan adalah Brigadir Polisi.
9. BRIGADIR JENDERAL KATAMSO
Brigadir Jenderal Katamso Darmokusumo terbunuh pada peristiwa G30SPKI di usia 42 tahun degan jabatan terakhir Brigadir Jenderal TNI AD.
BIOGRAFI SINGKAT BRIGADIR JENDERAL KATAMSO
- Brigadir Jenderal Katamso lahir tanggal 5 Februari 1923 di Sragen, Jawa Tengah.
- Setelah tamat pendidikan sekolah dasar, sekolah menengah dan sekolah tinggi, beliau bergabung menjadi anggota PETA dan mengenyam pendidikan militer di Bogor, Jawa Barat.
KARIR MILITER BRIGADIR JENDERAL KATAMSO
- Brigadir Jenderal Katamso kemudian ditugaskan sebagai Komandan Batalion 426 Jawa Tengah untuk memimpin penumpasan pemberontak.
- Beliau juga semat menjadi Komandan Batalion A Pasukan Komando Operasi 17 Agustus pimpinan Letnan Kolonel Ahmad Yani. Pasukan ini bertugas menumpas pemberontakan PRRI/Permesta.
10. KOLONEL SUGIONO
Kolonel Sugiono merupakan korban terakhir pada peristiwa G30S/PKI di usia 36 tahun. Jabatan terakhir yang diembannya adalah Kolonel di jajaran TNI AD.
BIOGRAFI SINGKAT KOLONEL SUGIONO
- Kolonel Sugiono lahir tanggal 12 Agustus 1926 di Gedaren, Sumbergiri, Ponjong, Gunung Kidul, Yogyakarta.
- Kecintaannya pada dunia pendidikan membuatnya masuk ke sekolah Guru Pertama di Wonosari setelah tamat sekolah menengah. Namun pendidikannya tidak tamat dikarenakan adanya penjajahan Jepang pada saat itu.
KARIR MILITER KOLONEL SUGIONO
- Setelah Jepang menduduki Indonesia, beliau bergabung bersama PETA untuk melawan penjajah. Saat itu Kolonel Sugiono diangkat sebagai Budanchou atau Komandan Peleton wilayah Wonosari.
- Beliau sempat menjadi ajudan Komandan Brigadir 10 dibawah arahan Letnan Kolonel Soeharto di tahun 1947.
- Selanjutnya tahun 1949 dikirim untuk misi Gerakan Operasi Militer (GOM) III pada penumpasan pemberontakan KNIL pimpinan Andi Aziz.
- Diakhir hayatnya, Kolonel Sugiono menjabat sebagai Kepala Staf Korem 072 Kodam VII Diponegoro dibawah pimpinan Kolonel Katamso.
Itulah profil singkat kesepuluh pahlawan revolusi yang gugur pada peristiwa G30S PKI. Jejak peninggalan yang bisa kita temui adalah monumen lubang buaya, Jakarta.
Disana juga terdapat museum G30S/PKI. Museum itu berisi arsip perjuangan melawan PKI di Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar