Minggu, 17 September 2017

Klasifikasi Iklim Menurut Koppen, Junghuhn, Mohr, Oldeman dan Schmidt

Klasifikasi iklim atau penggolongan iklim adalah usaha para ahli meteorologi dan klimatologi untuk menggolongkan iklim menjadi beberapa kelas yang mempunyai karakteristik tertentu. Dasar klasifikasi iklim antara lain curah hujan, temperatur udara, penguapan, ataupun formasi tumbuhan.
 
Sebagai contoh, klasifikasi iklim menurut Koppen, Mohr dan Schmidt-Ferguson sesuai dengan kondisi iklim Indonesia. Adapun klasifikasi iklim menurut Oldeman dan Thorntwaite sesuai untuk dunia secara umum. 


Klasifikasi iklim menurut Kopen


Dasar yang digunakan Koppen untuk mengklasifikasikan iklim adalah curah hujan, temperatur udara, dan jenis tanaman khusus di suatu daerah. Koppen kemudian membagi kelas iklim atas lima wilayah iklim dan dinyatakan dengan simbol huruf sebagai berikut.
  1. Iklim A, yaitu iklim tropis. Iklim ini memiliki suhu terdingin  yang tidak kurang dari 18°C, curah hujan yang lebiih besar daripada evapotranspirasi tahunannya, serta tumbuhan yang beraneka ragam. Iklim A ini terbagi atas 3 jenis, yaitu iklim hutan tropis (Af), iklim musim/monsum (Am), dan iklim sabana (An).
  2. Iklim B, yaitu iklim kering atau gurun. Iklim ini terdpat di daerah gurun atau semi-arid (stepa) dengan jumlah penguapan lebih besar atau sama dengan jumlah curah hujan tahunan. Iklim B terbagi atas dua jenis, yaitu iklim stepa (Bs) dan iklim gurun (Bw).
  3. Iklim C, yaitu iklim sedang atau iklim hujan cukup panas. Suhu rata-rata bulanan terdingin adalah -3°C hingga 18°C sedangkan suhu rata-rata bulanan terpanasnya lebih besar dari 10°C. Iklim C terbagi atas 3 jenis, yaitu iklim hangat dengan kelembaban  sepanjang musim (Cf), iklim hangat dengan musim dingin yang kering (Cw), dan iklim hutan salju dengan musim dingin yang kering (Cs).
  4. Iklim D, yaitu iklim hutan salju sejuk. Suhu rata-rata bulanan terpanas adalah lebih dari 10°C dan bulan terdingin adalah -3°C. Iklim D terbagi atas dua jenis, yaitu iklim hutan salju dengan kelembaban sepanjang musim (Df) dan iklim hutan salju dengan musim dingin yang kering (Dw).
  5. Iklim E, yaitu iklim kutub (terdapat di daerah Artik dan Antartika). Suhu tidak pernah lebih dari 10°C dan tidak memiliki  musim panas yang benar-benar panas.

Iklim A, C, dan D memungkinkan untuk tumbuhnya berbagai jenis tumbuhan. Adapun iklim B sesuai untuk stepa, sedangkan iklim E sesuai untuk tanaman jenis lumut-lumutan.

 

Klasifikasi iklim menurut Mohr


Dasar yang digunakan Mohr untuk membuat klasifikasi iklim adalah bula basah dan bulan kering. Pengertian dari bulan basah menurut Mohr adalah bulan dengan curah hujan lebih dari 100 mm sedangkan bulan kering adalah bulan dengan curah hujan kurang dari 60 mm. Adapun bulan dengan curah hujan antara 60-100 mm disebut bulan lembab dan tidak diperhitungka dalam klasifikasi iklim menurut Mohr.

 

Klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson


Dasar yang digunakan oleh Schmidt-Ferguson untuk mengklasifikasika iklim sama dengan Mohr, yaitu bulan basah dan bulan kering serta tidak memperhitungkan bulan lembab. Selanjutnya, Schmidt-Ferguson mengklasifikasikan iklim berdasarkan nilai Q yang dihitung berdasarkan rumus :
 
Q = rata-rata jumlah bulan kering / rata-rata bulan basah X 100%

Indeks nilai Q dan pengklasifikasian iklim menurut Schmidt-Ferguson dapat dilihat pada tabel di bawah :
Indeks Nilai Q
Tipe Iklim
Keterangan
0-14,3 %
A
Sangat basah
14,33-33,33%
B
Basah
33,3-60%
C
Agak basah
60-100%
D
Sedang
100-167%
E
Agak kering
167-300%
F
Kering
300-700%
G
Sangat kering
>700 %
H
Luar biasa kering

Klasifikasi iklim menurut Oldeman


Dasar yang digunakan dalam klasifikasi iklim menurut Oldeman adalah urutan dari bulan basah atau bulan kering. Berbeda dengan Mohr dan Schmidt-Ferguson, kriteria yang digunakan Oldeman dalam menentukan bulan basah dan bulan kering adalah sebagai berikut :
  1. Bulan basah, apabila curah hujannya lebih dari 200 mm.
  2. Bulan lembab, apabila curah hujannya antara 100-200 mm.
  3. Bulan kering, apabila curah hujannya kurang dari 100 mm.

Ketika mengklasifikasikan iklim, Oldeman lebih menitik beratkan pada bulan basah. Berdasarkan hal ini, Oldeman menentukan lima tipe iklim sebagai berikut :
Tipe Iklim
keterangan
A
Terdapat sebanyak 9 bulan basah berurutan
B
Terdapat 7-9 bulan basah berurutan
C
Terdapat 5-6 bulan basah berurutan
D
Terdapat 3-4 bulan basah berurutan
E
Terdapat 3 bulan basah yang berurutan


 
klasifikasi iklim

Klasifikasi iklim menurut Junghuhn

 
Dasar klasifikasi iklim menurut Junghuhn adalah ketinggian dan kesesuaiannya dengan kehidupan (daya adaptasi) tumbuh-tumbuhan. Berikut ini adalah pengklasifikasian iklim menurut Junghuhn:
  1. Daerah panas, yaitu berketingian 0-600 mdpl dan bersuhu udara 26,3 - 22°C.
  2. Daerah sedang, yaitu berketinggian 600-1.500 mdpl dan bersuhu udara 22-17,1°C.
  3. Daerah sejuk, yaitu berketinggian 1.500-2.500 mdpl dan bersuhu udara 17,1-11,1°C.
  4. Daerah dingin, yaitu berketinggian lebih dari 2.500 mdpl dan bersuhu udara 11,1-6,2°C.

Demikianlah penjelasan mengenai klasifikasi iklim. Semoga tulisan ini bermanfaat.


1 komentar: