Asal Mula Nenek Moyang Bangsa Indonesia
Kehidupan manusia pada zaman pra-aksara dapat diketahui dari sisa-sisa makhluk hidup, antara lain tumbuhan, binatang, dan manusia yang telah membatu, yang disebut fosil.
Ilmu yang mempelajari fosil tumbuhan, binatang, dan manusia disebut palaeoantologi (palaeo = purba, onto = kehidupan, logos = ilmu). Adapun ilmu yang secara khusus mempelajari manusia purba disebut palaeoantropologi.
Penduduk Asli Nusantara Sebelum bangsa Austronesia datang ke Nusantara, sebenarnya sudah ada penduduk asli yang mendiami Kepulauan Nusantara, seperti ras Wedoid dan Negrito, dengan ciri-ciri fi sik, antara lain kulit hitam, rambut keriting, kepala pendek, dan tingginya tidak lebih dari 150 cm.
Mereka terdesak ke pedalaman dan tidak banyak bercampur dengan bangsa pendatang. Sisa-sisa dari ras Wedoid dan Negrito ini, antara lain suku Sakai di Siak, Suku Kubu di Palembang, orang Semang di Malaka, Suku Manggar di Flores, Suku Sasak di Lombok, Suku Lubu di Jambi, dan orang Aeta di Filipina.
Dalam hubungannya dengan penemuan fosil manusia purba di dunia, ternyata wilayah Indonesia menduduki tempat yang penting, mengingat di wilayah Indonesia banyak ditemukan fosil manusia purba dalam berbagai jenis. Berikut adalah fosil-fosil manusia purba pernah ditemukan di Indonesia.
Ilmu yang mempelajari fosil tumbuhan, binatang, dan manusia disebut palaeoantologi (palaeo = purba, onto = kehidupan, logos = ilmu). Adapun ilmu yang secara khusus mempelajari manusia purba disebut palaeoantropologi.Penduduk Asli Nusantara Sebelum bangsa Austronesia datang ke Nusantara, sebenarnya sudah ada penduduk asli yang mendiami Kepulauan Nusantara, seperti ras Wedoid dan Negrito, dengan ciri-ciri fi sik, antara lain kulit hitam, rambut keriting, kepala pendek, dan tingginya tidak lebih dari 150 cm.
Mereka terdesak ke pedalaman dan tidak banyak bercampur dengan bangsa pendatang. Sisa-sisa dari ras Wedoid dan Negrito ini, antara lain suku Sakai di Siak, Suku Kubu di Palembang, orang Semang di Malaka, Suku Manggar di Flores, Suku Sasak di Lombok, Suku Lubu di Jambi, dan orang Aeta di Filipina.
Dalam hubungannya dengan penemuan fosil manusia purba di dunia, ternyata wilayah Indonesia menduduki tempat yang penting, mengingat di wilayah Indonesia banyak ditemukan fosil manusia purba dalam berbagai jenis. Berikut adalah fosil-fosil manusia purba pernah ditemukan di Indonesia.
a. Pithecanthropus Erectus
Fosil manusia purba yang kali pertama ditemukan Indonesia adalah Pithecantropus Erectus (pithecos = kera, antropus = manusia, erectus = tegak), yaitu manusia yang berjalan tegak. Fosil berbentuk tengkorak ini ditemukan oleh Eugene Dubois pada 1890, di daerah Trinil, dekat Ngawi, Madiun, Jawa Timur.
b. Pithecanthropus Mojokertensis
Pada 1936, von Koenigswald di daerah Mojokerto menemukan fosil tengkorak anak-anak yang diperkirakan belum melewati usia 5 tahun. Diperkirakan fosil ini merupakan anak Pithecantropus Erectus. Fosil ini dinamakan Pithecanthropus Mojokertensis.
c. Meganthropus Palaeojavanicus
Pada 1941, di Sangiran, Sragen, von Koenigswald menemukan fosil manusia purba berupa tulang rahang atas, rahang bawah, dan tulang geraham dalam ukuran besar.
Fosil tersebut merupakan jenis manusia yang besar dan tinggi, serta lebih tua usianya yang menyerupai manusia raksasa. Fosil tersebut dinamakan Meganthropus Palaeojavanicus (manusia besar tertua dari Jawa).
Fosil tersebut merupakan jenis manusia yang besar dan tinggi, serta lebih tua usianya yang menyerupai manusia raksasa. Fosil tersebut dinamakan Meganthropus Palaeojavanicus (manusia besar tertua dari Jawa).
d. Homo Soloensis
Fosil manusia purba Homo Soloensis (manusia dari Solo) ditemukan oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan von Koenigswald, antara 1931–1934 di Desa Ngandong, lembah Sungai Bengawan Solo. Fosil ini kemudian diteliti oleh Von Koenigswald.
Kesimpulannya manusia ini memiliki ciri-ciri fisik sebagai berikut.
- Berbadan tegap dengan tinggi sekitar 180 cm
- Volume otak lebih kecil, jika dibandingkan volume otak Pithecanthropus Erectus sekitar 1000–1300 cc.
- Tengkorak Homo Soloensis lebih besar daripada tengkorak Pithecanthropus Erectus.
Kesimpulannya manusia ini memiliki ciri-ciri fisik sebagai berikut.
- Berbadan tegap dengan tinggi sekitar 180 cm
- Volume otak lebih kecil, jika dibandingkan volume otak Pithecanthropus Erectus sekitar 1000–1300 cc.
- Tengkorak Homo Soloensis lebih besar daripada tengkorak Pithecanthropus Erectus.
e. Homo Wajakensis
Fosil manusia purba Homo Wajakensis (manusia dari Wajak) ditemukan oleh von Reitschoten pada 1889 dan Eugene Dubois pada 1889, di daerah Wajak,Tulungagung, Jawa Timur.
Homo Wajakensis memiliki tingkat kesempurnaan lebih tinggi daripada Pithecanthropus Erectus. Homo Wajakensis sudah termasuk golongan Homo Sapiens atau manusia yang paling cerdas dengan ciri-ciri sebagai berikut.
- Berbadan tegap dan berjalan lebih tegak dengan tinggi sekitar 130- 210 cm.
- Volume otak besar dan otak kecilnya sekitar 1350–1450 cc.
- Memilki bentuk tengkorak lebih bulat dan bentuk muka yang tidak menonjol ke depan.
- Memiliki kemampuan untuk membuat peralatan secara sederhana, seperti kapak batu dan alat berburu yang terbuat dari tulang dan batu.
Homo Wajakensis memiliki tingkat kesempurnaan lebih tinggi daripada Pithecanthropus Erectus. Homo Wajakensis sudah termasuk golongan Homo Sapiens atau manusia yang paling cerdas dengan ciri-ciri sebagai berikut.
- Berbadan tegap dan berjalan lebih tegak dengan tinggi sekitar 130- 210 cm.
- Volume otak besar dan otak kecilnya sekitar 1350–1450 cc.
- Memilki bentuk tengkorak lebih bulat dan bentuk muka yang tidak menonjol ke depan.
- Memiliki kemampuan untuk membuat peralatan secara sederhana, seperti kapak batu dan alat berburu yang terbuat dari tulang dan batu.
f. Homo Sapiens
Homo Sapiens merupakan manusia yang paling maju dan paling cerdik. Homo Sapiens, artinya manusia yang cerdas. Homo Sapiens hidup pada masa Holosen dan memiliki bentuk fisik yang yang hampir sama dengan manusia zaman sekarang.
Homo Sapiens yang terdapat di Indonesia sudah ada pada zaman Mesolithikum dan mereka sudah mengenal tempat tinggal secara menetap serta mengumpulkan makanan dan menangkap ikan. Kebudayaannya disebut kebudayaan Mesolithikum yang mendapat pengaruh dari kebudayaan Bacson-Hoabinh dari Indo-Cina (Vietnam).
Homo Sapiens yang terdapat di Indonesia sudah ada pada zaman Mesolithikum dan mereka sudah mengenal tempat tinggal secara menetap serta mengumpulkan makanan dan menangkap ikan. Kebudayaannya disebut kebudayaan Mesolithikum yang mendapat pengaruh dari kebudayaan Bacson-Hoabinh dari Indo-Cina (Vietnam).